Selamat Datang......

Kami ucapkan trimakasih kepada sahabat-sahabat yang teleh sudi mampir di blog ini...

Kamis, 16 Agustus 2012

Nilai_UAS_SP_ISBD_8D_2012

Daftar Nilai Ujian Akhir Semester (UAS) Semester Pendek
Tahun Akademik 2011/2012
STAI DR KHEZ Muttaqien Purwakarta


Mata Kuliah           : ISBD
Dosen                   : Dede Supendi, S.Pd.I
UAS tanggal           :11 Agustus 2012
Semester/Kelas      : VIII (Delapan) / D

Daftar Nilai silahkan klik di sini

Nilai_UAS_SP_FPI_4C_2012

Daftar Nilai Ujian Akhir Semester (UAS) Semester Pendek
Tahun Akademik 2011/2012
STAI DR KHEZ Muttaqien Purwakarta


Mata Kuliah           : Filsafat Pendidikan Islam 
Dosen                   : Dede Supendi, S.Pd.I
UAS tanggal           : 12 Agustus 2012
Semester/Kelas      : IV (Empat) / C

Daftar Nilai silahkan klik di sini

Jumat, 03 Agustus 2012

Delapan Tahun Bertahan Mengajar di Sekolah Terpencil

Sumber: http://pasundanekspres.co.id/pasundan/5822-delapan-tahun-bertahan-mengajar-di-sekolah-terpencil

Kiprah Dede Supendi, Guru Teladan SDN 2 Sukajadi Purwakarta
Dede Supendi memang tak bersepeda saat pergi mengajar seperti Oemar Bakri. Tapi pengabdian dan kecintaan Dede terhadap dunia pendidikan, tak beda dengan Oemar Bakri. Yang membedakan, Oemar Bakri adalah tokoh fiktif rekaan Iwan Fals, sedangkan Dede Supendi adalah tokoh nyata. Bagaimana kiprahnya?

TATANG BUDIMANSYAH, Purwakarta
PRIA
kelahiran 15 Juni 1982 ini boleh dibilang nyleneh. Pada saat sebagian besar guru ingin berkarier di daerah perkotaan, Dede justru merasa nikmat mengajar di sebuah sekolah dasar yang lokasinya jauh dari perkotaan. Ya, dia adalah pengajar di SDN 2 Sukajadi yang berlokasi di Kampung Kertajaya, Desa Sukajadi Kecamatan Pondoksalam, Purwakarta Jawa Barat.


Untuk sampai ke lokasi, setiap hari Dede mesti melintasi jalan yang masih penuh “borok”. Tapi ayah dari puteri bernama Delphinia Supendi ini tetap enjoy. Dia mengabdi di sekolah itu sejak 2005 dengan status sebagai guru bantu. Ketika diangkat menjadi PNS pada 2010 lalu, dia tak beranjak dari sekolah tersebut. “Sampai sekarang saya masih mengajar di sana,” kata Dede kepada Pasundan Ekspres.

Infrastruktur jalan yang masih amburadul dan tempatnya yang masih terpencil, memaksa para guru yang mengajar di SDN 2 Sukajadi hanya bertahan paling lama dua tahun. Mereka umumnya minta dimutasi ke tempat yang dinilai lebih enak. Tapi, Dede adalah sebuah pengecualian. “Entahlah, saya sudah kadung kerasan mengajar di tempat seperti ini. Orang-orang menyebut saya sebagai gurdacil, alias guru daerah terpencil,” tutur anak kedua pasangan Muhtar (almarhum) dan Dariah ini.

Kalau saja jalan menuju lokasi mulus, sebenarnya untuk sampai ke SD Negeri 2 Sukajadi tak memakan banyak waktu. SD tersebut hanya berjarak 5 kilometer dari jalan raya Pasawahan. Tapi, ya itu tadi, karena jalannya masih amburadul, maka jarak tempuh pastilah lebih lama. Terlebih, sejak beberapa tahun lalu, Jembatan Cikao berketinggian 5 meter yang mesti dilintasi, dalam kondisi rusak.

“Kondisinya sudah sangat membahayakan. Salah satu sisi penopang lembatan sudah turun 90 derajat. Tinggal menunggu waktu hingga jembatan itu ambruk,” kata Dede yang saat ini juga dipercaya sebagai pengajar di SMK Muttaqien. Masyarakat yang setiap hari melintasi jembatan itu, tentu saja dihantui kekhawatiran. “Tapi mau apa lagi, rencana bantuan untuk perbaikan jembatan dari pemkab belum pernah terdengar,” ujar sarjana (S1) Pendidikan Agama Islam (PAI) dari STAI DR. KHEZ Muttaqien Purwakarta ini.

“Ada kepuasan tersendiri mengajar di sebuah sekolah di kampung terpencil. Sebagai guru, saya dan kawan-kawan adalah kaum pencerah. Kami mesti mencerdaskan anak-anak didik di daerah sekitar. Tak gampang memang. Tapi kalau itu dilakukan dengan tulus dan tak pernah menyerah, pastilah membawa hasil. Alhamdulillah, saya dan kawan-kawan cukup memberi pencerahan. Indikatornya, sejak pertengahan dekade 2000, banyak lulusan SDN 2 Sukajadi yang meneruskan sekolah ke jenjang lebih tinggi, ke SMP, SMA, bahkan ada yang ke perguruan tinggi. Keadaan seperti ini sulit ditemui pada dekade sebelumnya,” papar Dede.

Kiatnya untuk memberikan pemahaman akan pentingnya pendidikan, dilakukan Dede secara rutin pada setiap kesempatan. “Alhamdulillah, masyarakat di sini sudah memiliki paradigma baru. Mereka semakin sadar bahwa pendidikan adalah hak yang mesti dirasakan oleh anak-anak mereka. Maka jangan kaget jika masyarakat Sukajadi membeli lahan untuk penambahan ruang kelas. Biayanya mereka peroleh dari hasil patungan. Ini sangat mengharukan. Sekarang, kami tinggal mendorong pemerintah daerah agar segera memberi bantuan untuk ruang kelas baru. Toh lahan sudah tersedia,” lanjut dia.

Pengabdian Dede di bidang pendidikan, dimulai dengan menjadi guru honorer/guru tidak tetap (GTT) di MTs. Darussalam Kecamatan Pondoksalam Purwakarta tahun 2002-2004. Kemudian dia sempat pula mengajar di SDN 4 Munjuljaya hingga 2005. Pada tahun yang sama, dia lulus seleksi Guru Bantu Daerah Terpencil (GBDT) dan ditempatkan di SDN 2 Sukajadi hingga kini. “Tahun 2008 saya diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di sekolah itu,” katanya.     
 
Selain rutinitasnya sebagai guru, Dede juga aktif di sejumlah organisasi bidang pendidikan dan umum.  Saat ini dia dipercaya sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang Federasi Guru Independen Indonesia (DPC FGII) Purwakarta untuk dua periode. Organisasi ini intens dalam memberikan advokasi, perlindungan, dan peningkatan profesionalitas guru.

Di tingkat nasional, dia dipercaya sebagai ketua Divisi Infokom Dewan Pengurus Pusat Federasi Guru Independen Indonesia (DPP FGII) yang merupakan kumpulan organisasi independen dari berbagai daerah se Indonesia. Di tingkat Provinsi Dede menjabat sebagai Wakil Ketua III Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) Jawa Barat.

Dede juga aktif pada beberapa organisasi kepemudaan  dan LSM. Sebut saja misalnya DPD KNPI, Karang Taruna, Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Mesjid Indonesia (BKPRMI), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orda Purwakarta, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kab. Purwakarta,  Dewan Pendidikan Kabupaten Purwakarta periode 2008-2013, Pembina Women Study Center (WSC), Lembaga Pengkajian dan penelitian (LPP) STAI DR KHEZ Muttaqien Purwakarta dan Forum Kelompok Kerja Guru (FKKG) Kecamatan Pondoksalam.

“Bagi saya, seorang aktivis guru merupakan tanggungjawab moral untuk memulai memperbaiki pendidikan melalui gerakan membangun kesadaran guru yang dapat mencerdaskan dan mencerahkan bangsa. Saya harus memperkuat basis komitmen profesi melalui berbagai kegiatan dan gerakan membangun komunitas guru kritis. Dalam benak saya terkandung prinsip bahwa guru yang profesional dan sejati bukan sekedar guru yang baik dan rajin mengajar, tetapi lebih dari itu, selalu memberi inspirasi pada berbagai gerakan pembaharuan pendidikan. Sekaligus selalu membangun kesadaran kritisnya dalam menyikapi berbagai perubahan itu sendiri,” tandas suami dari cerpenis Sunda Nunung Saadah ini.

Hingga saat ini, Dede tetap berkomitmen untuk membangun komunitas guru kritis dan mengusung demokratisasi pendidikan. Komitmen ini terus dikibarkan, baik pada pertemuan-pertemuan pelatihan guru, seminar dan diskusi pendidikan. Atau ketika ia banyak berhubungan dengan banyak kalangan LSM baik di Purwakarta maupun luar Purwakarta. Berkat pengabdiannya selama ini, Dede meraih predikat Guru Berprestasi Tingkat Kecamatan Pondoksalam dan menjadi delegasi peserta seleksi Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten Purwakarta tahun 2012.(*)