Sumber: http://pasundanekspres.co.id/pasundan/5822-delapan-tahun-bertahan-mengajar-di-sekolah-terpencil
Kiprah Dede Supendi, Guru Teladan SDN 2 Sukajadi Purwakarta
Dede
Supendi memang tak bersepeda saat pergi mengajar seperti Oemar Bakri.
Tapi pengabdian dan kecintaan Dede terhadap dunia pendidikan, tak beda
dengan Oemar Bakri. Yang membedakan, Oemar Bakri adalah tokoh fiktif
rekaan Iwan Fals, sedangkan Dede Supendi adalah tokoh nyata. Bagaimana
kiprahnya?
TATANG BUDIMANSYAH, Purwakarta
PRIA
kelahiran 15 Juni 1982 ini boleh dibilang nyleneh. Pada saat sebagian
besar guru ingin berkarier di daerah perkotaan, Dede justru merasa
nikmat mengajar di sebuah sekolah dasar yang lokasinya jauh dari
perkotaan. Ya, dia adalah pengajar di SDN 2 Sukajadi yang berlokasi di
Kampung Kertajaya, Desa Sukajadi Kecamatan Pondoksalam, Purwakarta Jawa
Barat.
Untuk sampai ke lokasi, setiap hari Dede mesti melintasi jalan
yang masih penuh “borok”. Tapi ayah dari puteri bernama Delphinia
Supendi ini tetap enjoy. Dia mengabdi di sekolah itu sejak 2005 dengan
status sebagai guru bantu. Ketika diangkat menjadi PNS pada 2010 lalu,
dia tak beranjak dari sekolah tersebut. “Sampai sekarang saya masih
mengajar di sana,” kata Dede kepada Pasundan Ekspres.
Infrastruktur
jalan yang masih amburadul dan tempatnya yang masih terpencil, memaksa
para guru yang mengajar di SDN 2 Sukajadi hanya bertahan paling lama dua
tahun. Mereka umumnya minta dimutasi ke tempat yang dinilai lebih enak.
Tapi, Dede adalah sebuah pengecualian. “Entahlah, saya sudah kadung
kerasan mengajar di tempat seperti ini. Orang-orang menyebut saya
sebagai gurdacil, alias guru daerah terpencil,” tutur anak kedua
pasangan Muhtar (almarhum) dan Dariah ini.
Kalau saja jalan menuju
lokasi mulus, sebenarnya untuk sampai ke SD Negeri 2 Sukajadi tak
memakan banyak waktu. SD tersebut hanya berjarak 5 kilometer dari jalan
raya Pasawahan. Tapi, ya itu tadi, karena jalannya masih amburadul, maka
jarak tempuh pastilah lebih lama. Terlebih, sejak beberapa tahun lalu,
Jembatan Cikao berketinggian 5 meter yang mesti dilintasi, dalam kondisi
rusak.
“Kondisinya sudah sangat membahayakan. Salah satu sisi
penopang lembatan sudah turun 90 derajat. Tinggal menunggu waktu hingga
jembatan itu ambruk,” kata Dede yang saat ini juga dipercaya sebagai
pengajar di SMK Muttaqien. Masyarakat yang setiap hari melintasi
jembatan itu, tentu saja dihantui kekhawatiran. “Tapi mau apa lagi,
rencana bantuan untuk perbaikan jembatan dari pemkab belum pernah
terdengar,” ujar sarjana (S1) Pendidikan Agama Islam (PAI) dari STAI DR.
KHEZ Muttaqien Purwakarta ini.
“Ada kepuasan tersendiri mengajar di
sebuah sekolah di kampung terpencil. Sebagai guru, saya dan kawan-kawan
adalah kaum pencerah. Kami mesti mencerdaskan anak-anak didik di daerah
sekitar. Tak gampang memang. Tapi kalau itu dilakukan dengan tulus dan
tak pernah menyerah, pastilah membawa hasil. Alhamdulillah, saya dan
kawan-kawan cukup memberi pencerahan. Indikatornya, sejak pertengahan
dekade 2000, banyak lulusan SDN 2 Sukajadi yang meneruskan sekolah ke
jenjang lebih tinggi, ke SMP, SMA, bahkan ada yang ke perguruan tinggi.
Keadaan seperti ini sulit ditemui pada dekade sebelumnya,” papar Dede.
Kiatnya
untuk memberikan pemahaman akan pentingnya pendidikan, dilakukan Dede
secara rutin pada setiap kesempatan. “Alhamdulillah, masyarakat di sini
sudah memiliki paradigma baru. Mereka semakin sadar bahwa pendidikan
adalah hak yang mesti dirasakan oleh anak-anak mereka. Maka jangan kaget
jika masyarakat Sukajadi membeli lahan untuk penambahan ruang kelas.
Biayanya mereka peroleh dari hasil patungan. Ini sangat mengharukan.
Sekarang, kami tinggal mendorong pemerintah daerah agar segera memberi
bantuan untuk ruang kelas baru. Toh lahan sudah tersedia,” lanjut dia.
Pengabdian
Dede di bidang pendidikan, dimulai dengan menjadi guru honorer/guru
tidak tetap (GTT) di MTs. Darussalam Kecamatan Pondoksalam Purwakarta
tahun 2002-2004. Kemudian dia sempat pula mengajar di SDN 4 Munjuljaya
hingga 2005. Pada tahun yang sama, dia lulus seleksi Guru Bantu Daerah
Terpencil (GBDT) dan ditempatkan di SDN 2 Sukajadi hingga kini. “Tahun
2008 saya diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di sekolah
itu,” katanya.
Selain rutinitasnya sebagai guru, Dede juga
aktif di sejumlah organisasi bidang pendidikan dan umum. Saat ini dia
dipercaya sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang Federasi Guru Independen
Indonesia (DPC FGII) Purwakarta untuk dua periode. Organisasi ini intens
dalam memberikan advokasi, perlindungan, dan peningkatan
profesionalitas guru.
Di tingkat nasional, dia dipercaya sebagai
ketua Divisi Infokom Dewan Pengurus Pusat Federasi Guru Independen
Indonesia (DPP FGII) yang merupakan kumpulan organisasi independen dari
berbagai daerah se Indonesia. Di tingkat Provinsi Dede menjabat sebagai
Wakil Ketua III Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Federasi Guru Independen
Indonesia (FGII) Jawa Barat.
Dede juga aktif pada beberapa
organisasi kepemudaan dan LSM. Sebut saja misalnya DPD KNPI, Karang
Taruna, Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Mesjid Indonesia (BKPRMI),
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orda Purwakarta, Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kab.
Purwakarta, Dewan Pendidikan Kabupaten Purwakarta periode 2008-2013,
Pembina Women Study Center (WSC), Lembaga Pengkajian dan penelitian
(LPP) STAI DR KHEZ Muttaqien Purwakarta dan Forum Kelompok Kerja Guru
(FKKG) Kecamatan Pondoksalam.
“Bagi saya, seorang aktivis guru
merupakan tanggungjawab moral untuk memulai memperbaiki pendidikan
melalui gerakan membangun kesadaran guru yang dapat mencerdaskan dan
mencerahkan bangsa. Saya harus memperkuat basis komitmen profesi melalui
berbagai kegiatan dan gerakan membangun komunitas guru kritis. Dalam
benak saya terkandung prinsip bahwa guru yang profesional dan sejati
bukan sekedar guru yang baik dan rajin mengajar, tetapi lebih dari itu,
selalu memberi inspirasi pada berbagai gerakan pembaharuan pendidikan.
Sekaligus selalu membangun kesadaran kritisnya dalam menyikapi berbagai
perubahan itu sendiri,” tandas suami dari cerpenis Sunda Nunung Saadah
ini.
Hingga saat ini, Dede tetap berkomitmen untuk membangun
komunitas guru kritis dan mengusung demokratisasi pendidikan. Komitmen
ini terus dikibarkan, baik pada pertemuan-pertemuan pelatihan guru,
seminar dan diskusi pendidikan. Atau ketika ia banyak berhubungan dengan
banyak kalangan LSM baik di Purwakarta maupun luar Purwakarta. Berkat
pengabdiannya selama ini, Dede meraih predikat Guru Berprestasi Tingkat
Kecamatan Pondoksalam dan menjadi delegasi peserta seleksi Guru
Berprestasi Tingkat Kabupaten Purwakarta tahun 2012.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar